Friday, April 15, 2011

LA1 AP2A (Pengenalan Visual Basic 6.0) tanggal 16 April 2011

Listing
Private Sub Check1_Click()
If Check1.Value = 1 Then
Label1.FontBold = True
Else
Label1.FontBold = False
End If
End Sub

Private Sub Check2_Click()
If Check2.Value = 1 Then
Label1.FontItalic = True
Else
Label1.FontItalic = False
End If
End Sub

Private Sub Check3_Click()
If Check3.Value = 1 Then
Label1.FontStrikethru = True
Else
Label1.FontStrikethru = False
End If
End Sub

Private Sub Check4_Click()
If Check4.Value = 1 Then
Label1.Caption = UCase(Text1.Text)
Else
Label1.Caption = LCase(Text1.Text)
End If
End Sub

Private Sub Check5_Click()
If Check5.Value = 1 Then
Label1.FontUnderline = True
Else
Label1.FontUnderline = False
End If
End Sub

Private Sub Combo1_Click()
Label1.FontName = Combo1.Text
End Sub

Private Sub Command1_Click()
End
End Sub

Private Sub Form_Load()
Combo1.AddItem "Algerian"
Combo1.AddItem "Forte"
Combo1.AddItem "Comic Sans MS"
Combo1.AddItem "Times New Roman"
End Sub

Private Sub Option1_Click()
Label1.ForeColor = vbRed
End Sub

Private Sub Option2_Click()
Label1.ForeColor = vbBlue
End Sub

Private Sub Option3_Click()
Label1.ForeColor = vbGreen
End Sub

Private Sub Option4_Click()
Label1.ForeColor = vbYellow
End Sub

Private Sub Option5_Click()
Label1.ForeColor = vbBlack
End Sub

Private Sub Text1_Change()
Label1.Caption = Text1.Text
End Sub

Output

Gedung Baru DPR

Pembangunan Gedung Baru DPR RI yang "cuma" senilai 1,14 triliun rupiah telah banyak menuai kontroversi. Banyak pihak yang menolak rencana pembuatan Gedung baru DPR RI tersebut. Bahkan, imbauan Presiden SBY agar menghemar anggaran, dianggap sebagai lelucon politik belaka. Hal ini dikemukakan oleh Ketua Presidium Nasional Komite Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu Arief Poyouno.
Tetapi, Marzuki Alie sang Ketua DPR yang juga Pembina Partai Demokrat menyetujui dan tetap akan melanjutkan pembangunan gedung baru DPR RI tersebut. Dan hal ini tentu saja bukan merupakan "pembangkangan" kepada Presiden SBY, tetapi justru menjadi reprensetasi persekongkolan DPR dan pemerintah. Bahkan menurut Arief Poyouno, Presiden SBY layak mendapatkan anugerah sebagai Bapak Pembangunan Gedung DPR.
Sementara itu, Koalisi LSM akan menggugat DPR ke PN Jakarta Pusat besok Senin 11 April karena somasi mereka agar proyek gedung baru DPR dibatalkan sama sekali tidak diindahkan oleh DPR. Dan ICW (Indonesia Corruption Watch) serta MCW (Malang Corruption Watch) menyerukan kepada Preseiden SBY agar segera mencopot Marzuki Alie sebagai Ketua DPR, hal ini untuk menjaga nama baik Partai Demokrat di mata rakyat Indonesia. 
Selain itu, menurut Emerson Yuntho Wakor, seorang Wakil Koordinator ICW, Marzuki Alie terbukti membuat pernyataan tidak pantas dengan melukai hati rakyat dengan mengatakan,"Rakyat biasa jangan diajak membahas pembangunan gedung baru. Hanya orang-orang elite dan orang-orang pintar yang bisa diajak membicarakan masalah itu". Dan juga Ketua DPR tersebut dinilai bertindak otoriter, tidak cakap dan diskriminatif dalam memimpin DPR.
Dan di sisi lain, Mulyadi dari Fraksi Partai Demokrat menyatakan bahwa keputusan untuk melanjutkan pembangunan gedung baru DPR adalah tepat. Karena bila proyek ini sampai dibatalkan, hal ini akan ditertawakan rakyat.
Menurut saya  topik pembangunan gedung DPR ini berkaitan dengan materi Manusia dan Penderitaan dan materi Manusia dan Keadilan, karena tentu saja secara sepihak saya juga sangat tidak menyetujui dengan adanya pembangunan gedung yang sangat-sangat tidak jelas fungsinya sama sekali. Dengan duit yang sebesar itu tentu saja lebih baik digunakan untuk pembangunan gedung-gedung sekolah yang rusak di sejumlah daerah di Indonesia atau digunakan unutk membangun rumah-rumah sederhana untuk warga miskin atau digunakan untuk membantu menuntaskan masalah kemisikinan dengan cara membuat beberapa lapangan pekerjaan baru dengan uang tersebut. Seenaknya saja Marzuki Alie mengatakan, "Rakyat biasa jangan diajak membahas pembangunan gedung baru. Hanya orang-orang elite dan orang-orang pintar yang bisa diajak membicarakan masalah itu". Perkataan ini sangat-sangat saya sayangkan karena beliau tidak memperdulikan nasib rakyat yang sudah sangat menderita. Perilaku seorang wakil rakyat ini sangatlah tidak bermoral. Dia hanya memikirkan keperluannya sendiri. Buat apa dibuat gedung baru tapi mengurus kasus-kasus kecil saja tidak becus, mereka berdalih dengan adanya gedung baru kinerja mereka akan lebih baik, tapi tentu saja menurut saya tidak ada perubahan jadi lebih baik melainkan malah menjadi semakin buruk kinerja mereka karena pada dasarnya moral mereka sungguh tidak beradab dan tentu saja sikap mereka tidak sesuai dengan pembukaan UUD 1945 yang dinyatakan pada alinea ke-empat yaitu pada bagian:
"Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada :

  • Ketuhanan Yang Maha Esa,

  • kemanusiaan yang adil dan beradab,

  • persatuan Indonesia, dan

  • kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,

  • serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."

  • Saya hanya berharap adanya suatu revolusi besar secara radikal demi menuntut kesejahteraan dan kemajuan bangsa ini. Karena saya yakin seluruh lapisan masyarakat yang peduli dengan bangsa ini juga sudah mulai geram dengan segala tingkah laku pemerintah dan pejabat-pejabat di negara ini. Generasi saya lah yang harus mampu membawa perubahan untuk bangsa Indonesia yang tercinta ini. Semoga saja Allah SWT. selalu memberikan petunjuk dan jalan yang terbaik untuk negara Republik Indonesia ini.

    Manusia dan Pandangan Hidup

    Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasaikan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.

    Pengertian pandangan hidup adalah suatu hal yang dijadikan sebagai pedoman hidup. Dimana seseorang menjalani hidupnya dengan aturan aturan yang dia buat untuk memjukan kehidupannya, pandangan hidup berasal dari agama. Pandangan hidup yang berasal dari agama, dan pengalaman hidup yang pernah di alami seseorang tersebut orang yang memiliki pandangan hidup pasti memiliki tujuan, dan tujuan ini biasa di sebut cita cita.

    Cita-cita adalah suatu harapan yang manusia inginkan akan terjadi di masa mendatang sesuai dengan keinginan manusia tersebut. Mengapa cita cita merupakan suatu pandangan hidup? Karena cita cita yang menggambarkan suatu pandangan hidup itu sendiri. Banyak faktor yang membuat kita gagal dalam melaksanakan cita cita, biasanya karena hambatan dari luar dan dari sendiri dimana manusia menyerah dalam menggapai cita citanya.

    Dilihat dari berbagai sudut, pandangan memiliki arti yang luas, di setiap ada pandangan ada usaha, cita cita, pengharapan. Berarti dalam mewujudkan suatu pandangan hidup banyak sekali nilai pengalaman hidup yang tercapai saat menjalani kehidupan. Jadi buat apa kita takut untuk berhayal? Jadikan cita-cita anda adalah suatu pandangan anda yang membuat anda semakin yakin bahwa anda bisa mencapai setiap keinginan anda.

    Manusia dan Keadilan

    Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran". Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil". Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya

    Menurut pendapat yang lebih umum di katakan bahwa keadilan itu ialah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban .Keadilan terletak pada keharmonisan menurut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain , keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.Berdasarkan kesadaran etis,kita diminta untuk tidak hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban.Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban,maka sikap dan tindakan kita akan mengarah pada pemerasan dan memperbudak orang lain.Sebaliknya pula jika kita hanya menjalankan kewajiban dan lupa menuntut hak,maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain.

    Macam-Macam Keadilan

    1. Keadilan Legal atau Keadilan Moral
    2. Keadilan Distributif
    3. Keadilan Komutatif

    Keadilan dan ketidakadilan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, karena dalam hidupnya manusia mengalami keadilan/ketidakadilan.Oleh sebab itu keadilan dan ketidakadilan menimbulkan daya kreatifitas manusia.Sementara ketidakadilan terjadi apabila ada ikut campur tangan terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan ketidakserasian.

    Keadilan itu sendiri memiliki sifat yang bersebrangan dengan dusta atau kecurangan. Dimana kecurangan sangat identik dengan perbuatan yang tidak baik dan tidak jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang dilakukan.
     
    Kecurangan pada dasarnya merupakan penyakit hati yang dapat menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak, rakus, iri hati, matrealistis serta sulit untuk membedakan antara hitam dan putih lagi dan mengkesampingkan nurani dan sisi moralitas.
    Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan antara lain ;
    1.   Faktor ekonomi. Setiap berhak hidup layah dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk lemah, tempat salah dan dosa, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam merealisasikan apa yang kita inginkan dan pikirkan. Menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.
    2.   Faktor Peradaban dan Kebudayaan sangat mempengaruhi dari sikapdan mentalitas individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang halini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hamper pada setiapindividu didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakan keadilan.
    3.   Teknis. Hal ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat bersikapadil,kita pun mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan. Atau bahkan mempertahankan keadilan kita sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain. Dengan kata lian kita sebagai bangsa timur yang sangat sopan dan santun.
    4.   dan lain sebagainya.
    Keadilan dan kecurangaan atau ketidakadilan tidak akan dapat berjalan dalam waktu bersamaan karena kedua sangat bertolak belakang dan berseberangan.

    Manusia dan Keindahan

    Keindahan
    Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keidahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan atau lokal.
     
    Menurut cakupannya orang harus membedakan keindahan sebagai suatu kualita abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk pembedaan itu dalam bahasa Inggris sering dipergunakan istilah “beuty” (keindahan) dan “the beautiful” (benda atau hal indah). Dalam pembatasan filsafat, kedua pengertian ini kadang-kaang dicampuradukkan saja. Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut luasnya pengertian; yakni
    1. keindahan dalam arti luas
    2. keindahan dalam arti estetis murni
    3. keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya dengan penglihatan
    Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah "kecantikan yang ideal" adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.

    Pengalaman "keindahan" sering melibatkan penafsiran beberapa entitas yang seimbang dan selaras dengan alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketenteraman emosional. Karena ini adalah pengalaman subyektif, sering dikatakan bahwa beauty is in the eye of the beholder atau "keindahan itu berada pada mata yang melihatnya."

    Kata benda Yunani klasik untuk "keindahan " adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk "indah" itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος, hōraios, kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti "jam." Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan "berada di jam (waktu) yang sepatutnya."
     
    Sebuah buah yang matang (pada waktunya) dianggap indah, sedangkan seorang wanita muda mencoba untuk tampil lebih tua atau seorang wanita tua mencoba untuk tampil lebih muda tidak akan dianggap cantik. Dalam bahasa Yunani Attic, hōraios memiliki banyak makna, termasuk "muda" dan "usia matang."
     
    Keindahan pada Manusia
    Wanita yang elok rupanya disebut "cantik" atau "ayu", sementara pria yang rupawan disebut "tampan" atau "ganteng" di dalam masyarakat. Sifat dan ciri seseorang yang dianggap "elok", apakah secara individu atau dengan konsensus masyarakat, sering didasarkan pada beberapa kombinasi dari Inner Beauty (keelokan yang ada di dalam), yang meliputi faktor-faktor psikologis seperti kepribadian, kecerdasan, keanggunan, kesopanan, kharisma, integritas, dan kesesuaian, dan Outer Beauty (keelokan yang ada di luar), yaitu daya tarik fisik yang meliputi faktor fisik, seperti kesehatan, kemudaan, simetri wajah, dan struktur kulit wajah.
    Standar kecantikan/ketampanan selalu berkembang, berdasarkan apa yang dianggap suatu budaya tertentu sebagai berharga. Lukisan sejarah memperlihatkan berbagai standar yang berbeda untuk keelokan manusia. Namun manusia yang relatif muda, dengan kulit halus, tubuh proporsional, dan fitur biasa, secara tradisional dianggap paling elok sepanjang sejarah.

    Manusia dan Penderitaan

    Penderitaan
    Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.

    Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.

    Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.

    Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.

    Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.

    Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.

    Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
    Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).

    Penderitaan sendiri berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya  menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu pristiwa  yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.

    Siksaan
    Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasman, dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rokhani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Siksaan yang sifatnya psikis bisa berupa : kebimbangan, kesepian, ketakutan. Ketakutan yang berlebih-lebihan yang tidak pada tempatnya disebut phobia.banyak sebab yang menjadikan seseorang  merasa ketakutan antara lain : claustrophobia dan agoraphobia, gamang, ketakutan, keakitan, kegagalan. Para ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa phobia adalah suatu gejala dari suatu problema psikologis yang dalam, yang harus ditemukan, dihadapi, dan ditaklukan sebelum phobianya akan hilang. Sebaliknya ahli-ahli yang merawat tingkah laku percaya bahwa suatu phobia adalah problemnya dan tidak perlu menemukan sebab-sebabnya supaya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Kebanyakan ahli setuju bahwa tekanan dan ketegangan disebabkan oleh karena si penderita hidup dalam keadaan ketakutan terus menerus, membuat keadaan si penderita sepuluh kali lebih parah.

    Manusia dan Cinta Kasih

    Cinta
    Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

    Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang (kepada) ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta (kepada) atau sangat menaruh belas kasihan. Dengan demikian cinta kasih dapat diatikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.

    Cinta adalah satu perkataan yang mengandungi makna perasaan yang rumit. Bisa di alami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke 21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:
    • Perasaan terhadap keluarga
    • Perasaan terhadap teman-teman, atau philia
    • Perasaan yang romantis atau juga disebut asmara
    • Perasaan yang hanya merupakan kemahuan, keinginan hawa nafsu atau cinta eros
    • Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
    • Perasaan tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
    • Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
    • Perasaan terhadap negaranya atau patriotisme
    • Perasaan terhadap bangsa atau nasionalisme
    Jenis-jenis Cinta
    Seperti banyak jenis kekasih, ada banyak jenis cinta. Cinta berada di seluruh semua kebudayaan manusia. Oleh karena perbedaan kebudayaan ini, maka pendefinisian dari cinta pun sulit ditetapkan.


    Ekspresi cinta dapat termasuk cinta kepada 'jiwa' atau pikiran, cinta hukum dan organisasi, cinta badan, cinta alam, cinta makanan, cinta uang, cinta belajar, cinta kuasa, cinta keterkenalan, dll. Cinta lebih berarah ke konsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan.
    Cinta kasih yang sudah ada perlu selalu dijaga agar dapat dipertahankan keindahannya

    Cinta antar Pribadi
    Cinta antar pribadi menunjuk kepada cinta antara manusia. Bentuk ini lebih dari sekedar rasa kesukaan terhadap orang lain. Cinta antar pribadi bisa mencakup hubungan kekasih, hubungan orangtua dengan anak, dan juga persahabatan yang sangat erat.
    Beberapa unsur yang sering ada dalam cinta antar pribadi:
    • Kasih sayang: menghargai orang lain.
    • Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain (yang tentunya sangat jarang kita temui sekarang ini).
    • Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan (bukan saling memanfaatkan).
    • Komitmen: keinginan untuk mengabadikan cinta, tekad yang kuat dalam suatu hubungan.
    • Keintiman emosional: berbagi emosi dan rasa.
    • Kekerabatan: ikatan keluarga.
    • Passion: Hasrat dan atau nafsu seksual yang cenderung menggebu-gebu.
    • Physical intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain secara fisik, termasuk di dalamnya hubungan seksual.
    • Kepentingan pribadi: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi, cenderung egois dan ada keinginan untuk memanfaatkan pasangan.
    • Pelayanan: keinginan untuk membantu dan atau melayani.
    • Homoseks: Cinta dan atau hasrat seksual pada orang yang berjenis kelamin sama, khususnya bagi pria. Bagi wanita biasa disebut Lesbian (lesbi).


    Cinta Kasih
    Terdapat perbedaan antara cinta dan kasih, cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai.  Cinta samasekali bukan nafsu. Perbedaan antara cinta dengan nafsu adalah sebagai berikut:
    1. Cinta bersifat manusiawi
    2. Cinta bersifat rokhaniah sedangkan nafsu bersifat jasmaniah.
    3. Cinta menunjukkan perilaku memberi, sedangkan nafsu cenderung menuntut.
    Cinta juga selalu menyatakan unsur  - unsur dasar tertentu yaitu:
    1. Pengasuhan, contohnya cinta seorang ibu kepada anaknya.
    2. Tanggung jawab, adalah tindakan yang benar – benar bedasarkan atas suka rela.
    3. Perhatian, merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi orang lain, agar mau membuka dirinya.
    4. Pengenalan, merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia. 

    Manusia dan Kebudayaan

    Pengertian Kebudayaan 
    Budaya atau Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuiakan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

    Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

    Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

      Dari pengetian tersebut menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan keseluruhan arit pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, untuk memenuhi segala kebutuhannya serta mendorong terwujudnya kelakuan manusia itu sendiri. Atas dasar itulah  para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya diperinci menjadi 7 unsur yaitu :
    1. unsur religi
    2. sistem kemasyarakatan
    3. sistem peralatan
    4. sistem mata pencaharian hidup
    5. sistem bahasa
    6. sistem pengetahuan
    7. seni
    Bertitik tilah dari sistem inilah maka kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud antara lain :
    1. wujud sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, norma, peraturan dan sejenisnya. Ini merupakan wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya aa dalam pikiran masyarakat dimana kebudayaan itu hidup
    2. kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
    3. kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia
    Perubahan kebudayaan pada dasarnya tidak lain dari para perubahan manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan itu. Perubahan itu terjadi karena manusia mengadakan hubungan dengan manusia lainnya, atau karena hubungan antara kelompok manusia dalam masyarakat. Tidak ada kebudayaan yanga statis, setiap perubahan kebudayaan mempunyai dinamika, mengalami perubahan; perubahan itu akibat dari perubahan masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tersebut.
     
    Kebudayaan Nasional
    Kebudayaan Nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:
    Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bai Masyarakat Pendukukungnya, Semarang: P&K, 199

    Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”

    Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
     
    Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.

    MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
    Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan kebudayaan.
     
    Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi dan enkulturasi.
     
    Selanjutnya hubungan antara manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai penganut kebudayaan, pembawa kebudayaan, manipulator kebudayaan, dan pencipta kebudayaan.
     
    Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.
     
    Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman dalam bertingkah laku.

    Saturday, April 2, 2011

    LA4 AP2A (Delphi) Tanggal 9 April 2011

    Listing untuk Database (Microsoft Access 2007)
    Tabel 1


    Tabel 2


    Listing untuk Delphi 7.0
    Desain Form 1

    Form1.ADOConnection1 ConnectionString
     






    Object Inspector ADOTable1

    Object Inspector DataSource1

    Object Inspector DBNavigator1

    Object Inspector DBGrid1

    Form1.ADOConnection2 ConnectionString





    Object Inspector ADOTable2

    Object Inspector DataSource2

    Object Inspector DBNavigator2

    Object Inspector DBGrid2

    Listing untuk tombol Keluar


    Output Program


    LA4 Matif 2 (Invers pada Matrik) Tanggal 9 April 2011

    Listing
    import java.io.*;
    class invers
    {
         public static void main (String[]args) throws Exception
         {
              BufferedReader input = new BufferedReader (new InputStreamReader(System.in));
              System.out.println("");
              System.out.println("=======INVERS=======");
              System.out.println("Ordo Matriks = 2 x 2");
              int [][]matrika = new int[2][2];
              System.out.println("Masukan Elemen Matriksnya:");
              for(int i=0;i<2;i++)
             {
                  for(int j=0;j<2;j++)
                  {
                       System.out.print("Elemen ["+(i+1)+","+(j+1)+"]: ");
                       matrika[i][j]=Integer.parseInt(input.readLine());
                  }
              }
              System.out.println("");
              System.out.println("Matriknya: ");
              for(int i=0;i<2;i++)
             {
                  System.out.print("|");
                  for(int j=0;j<2;j++)
                  {
                        System.out.print(" "+matrika[i][j]+" ");
                   }
                   System.out.println("|");
              }
              System.out.println("");
              float dtr=(matrika[1][1]*matrika[0][0])-(matrika[1][0]*matrika[0][1]);
              System.out.println("Determinannya: "+dtr);
              int temp=matrika[0][0];
              matrika[0][0]=matrika[1][1];
              matrika[1][1]=temp;
              matrika[0][1]=matrika[0][1]*-1;
              matrika[1][0]= matrika[1][0]*-1;
              System.out.println("");
              System.out.println("Adjointnya: ");
              for(int i=0;i<2;i++)
              {
                  System.out.print("|");
                  for(int j=0;j<2;j++)
                  {
                       System.out.print(" "+matrika[i][j]+" ");
                   }
                   System.out.println("|");
               }
               System.out.println("");
               System.out.println("Matrik Inversnya: ");
               for(int i=0;i<2;i++)
               {
                    System.out.print("|");
                    for(int j=0;j<2;j++)
                    {
                         System.out.print(" "+matrika[i][j]*(1/dtr)+" ");
                    }
                    System.out.println("|");
               }
               System.out.println("");
          }
    }

    Output

    Friday, April 1, 2011

    LA1 AP2B (Ruby) Tanggal 5 April 2011

    Listing

    Program 1

    Program 2
    print("===============================\n")
    print("H O R O S C O P E / Z O D I A K\n")
    print("===============================\n")
    print("1. Januari\n")
    print("2. Februari\n")
    print("3. Maret\n")
    print("4. April\n")
    print("5. Mei\n")
    print("6. Juni\n")
    print("7. Juli\n")
    print("8. Agustus\n")
    print("9. September\n")
    print("10. Oktober\n")
    print("11. November\n")
    print("12. Desember\n")
    print("===============================\n")
    print("\n")
    print("Masukkan Angka Bulan Lahir Anda: ")
    x=gets.to_i
    bulan={1=>"Januari",2=>"Februari",3=>"Maret",4=>"April",5=>"Mei",6=>"Juni",7=>"Juli",8=>"Agustus",9=>"September",10=>"Oktober",11=>"November",12=>"Desember"}
    jumhr={"Januari"=>31,"Februari"=>28,"Maret"=>31,"April"=>30,"Mei"=>31,"Juni"=>30,"Juli"=>31,"Agustus"=>31,"September"=>30,"Oktober"=>31,"November"=>30,"Desember"=>31}
    zodiak={"Januari"=>"Capricorn","Februari"=>"Aquarius","Maret"=>"Pisces","April"=>"Aries","Mei"=>"Taurus","Juni"=>"Gemini","Juli"=>"Cancer","Agustus"=>"Leo","September"=>"Virgo","Oktober"=>"Libra","November"=>"Scorpio","Desember"=>"Sagitarius"}
    print("\n")
    puts("===============================")
    print("Bulan Lahir Anda Adalah: Bulan #{bulan[x]}\n")
    print("Jumlah Hari Dalam Bulan Lahir Anda: #{jumhr[bulan[x]]}\n")
    print("Zodiak Anda Adalah: #{zodiak[bulan[x]]}\n")
    puts("===============================")
    print("\n")



    Output

    Program 1

    Program 2

    LA3 Matif 2 (Determinan Matrik) Tanggal 2 April 2011

    Listing
    import java.io.*;

    class det

    {

    public static void main(String[]args)throws IOException

    {

    System.out.println("=====Determinan Matriks====");

    BufferedReader input = new BufferedReader(new InputStreamReader(System.in));

    System.out.println("Ordo Matriks = 2*2");

    int [][]matrika=new int[2][2];

    System.out.println("Masukkan Elemen Matriksnya:");

    for (int i=0;i<2;i++)

    {

    for(int j=0;j<2;j++)

    {

    System.out.print("Elemen ["+(i+1)+","+(j+1)+"]=");

    matrika[i][j]=Integer.parseInt(input.readLine());

    }

    }

    for (int i=0;i<2;i++)

    {

    System.out.print("|");

    for(int j=0;j<2;j++)

    {

    System.out.print(matrika[i][j]+"");

    }

    System.out.println("|");

    }

    int dtr=((matrika[0][0]*matrika[1][1])-(matrika[0][1]*matrika[1][0]));

    System.out.println("Determinannya: "+dtr);

    System.out.println("");
    System.out.print("=====Determinan Matriks=====\n");

    System.out.println("Ordo Matriks = 3*3");

    int [][]matrikb=new int[3][3];

    System.out.println("Masukkan Elemen Matriksnya:");

    for (int i=0;i<3;i++)

    {

    for(int j=0;j<3;j++)

    {

    System.out.print("Elemen ["+(i+1)+","+(j+1)+"]=");

    matrikb[i][j]=Integer.parseInt(input.readLine());

    }

    }

    for (int i=0;i<3;i++)

    {

    System.out.print("|");

    for(int j=0;j<3;j++)

    {

    System.out.print(matrikb[i][j]+"");

    }

    System.out.println("|");

    }

    int dt=((matrikb[0][0]*matrikb[1][1]*matrikb[2][2])+(matrikb[0][1]*matrikb[1][2]*matrikb[2][0])+(matrikb[0][2]*matrikb[1][0]*matrikb[2][1]))-((matrikb[0][2]*matrikb[1][1]*matrikb[2][0])+(matrikb[0][1]*matrikb[1][0]*matrikb[2][2])+(matrikb[0][0]*matrikb[1][2]*matrikb[2][1]));

    System.out.println("Determinannya: "+dt);

    }

    }


    Output

    LA3 AP2A (Delphi) Tanggal 2 April 2011

    Listing

    Form 1
    var
         Form1: TForm1;

    implementation

    uses Unit2, Unit3;

    {$R *.dfm}

    procedure TForm1.imer1Click(Sender: TObject);
    begin
       form2.show;
       form1.Hide;
    end;

    procedure TForm1.Font1Click(Sender: TObject);
    begin
       form3.show;
       form1.Hide;
    end;

    end.

    Form 2
    var
       Form2: TForm2;

    implementation

    uses Unit1;

    {$R *.dfm}

    procedure TForm2.Back1Click(Sender: TObject);
    begin
         form1.show;
         form2.Hide;
    end;

    procedure TForm2.Timer1Timer(Sender: TObject);
    begin
         If Label1.Visible = true Then Label1.Visible := false
              Else Label1.Visible:=true;
         end;

    end.

    Form 3
    var
         Form3: TForm3;

    implementation

    uses Unit1;

    {$R *.dfm}

    procedure TForm3.Back1Click(Sender: TObject);
    begin
         form1.show;
         form3.Hide;
    end;

    procedure TForm3.RadioButton1Click(Sender: TObject);
    begin
          Label1.Font.name:= 'Times New Roman'
    end;

    procedure TForm3.RadioButton2Click(Sender: TObject);
    begin
          Label1.Font.name:= 'Comic Sans Ms'
    end;

    procedure TForm3.CheckBox1Click(Sender: TObject);
    begin
          if checkbox1.Checked then
              Label1.Font.Style := Label1.Font.Style+[fsBold]
          else
              Label1.Font.Style := Label1.Font.Style-[fsBold];
    end;

    procedure TForm3.CheckBox2Click(Sender: TObject);
    begin
           if checkbox2.Checked then
              Label1.Font.Style := Label1.Font.Style+[fsItalic]
           else
              Label1.Font.Style := Label1.Font.Style-[fsItalic];
    end;

    procedure TForm3.CheckBox3Click(Sender: TObject);
    begin
           if checkbox3.Checked then
              Label1.Font.Style := Label1.Font.Style+[fsUnderline]
           else
              Label1.Font.Style := Label1.Font.Style-[fsUnderline];
    end;

    procedure TForm3.Edit1Change(Sender: TObject);
    begin
           label1.Caption := edit1.Text
    end;

    end.

    Output


    LA 4 AP2B (Python) Tanggal 26 Maret 2011

    Listing

    class pegawai:
         def __init__(self, nama, gaji = 0):
              self.nama = nama
              self.gaji = gaji
         def tunjangan(self, persen):
              self.gaji = self.gaji + (self.gaji * persen)
         def kerja(self):
              print(self.nama, "Pekerjaannya")
         def __repr__(self):
              return "<Pegawai: nama = %s, gaji = %s)" % (self.nama, self.gaji)

    class koki(pegawai):
         def __init__(self, nama):
              pegawai.__init__(self, nama, 100000)
         def kerja(self):
              print(self.nama, "Membuat Makanan")

    class pelayan(pegawai):
         def __init__(self, nama):
              pegawai.__init__(self, nama, 50000)
         def kerja(self):
              print(self.nama, "Melayani Costumer")

    class pizzarobot(koki):
         def __init__(self, nama):
              koki.__init__(self, nama)
         def kerja(self):
              print(self.nama, "Membuat Pizza")

    #Program Utama
    if __name__ == "__main__":
         agus = koki("Agus")
         print(agus)
         agus.kerja()
         agus.tunjangan(0.20)
         print(agus)
         print
         for kelas in pegawai, koki, pelayan, pizzarobot:
              objek = kelas(kelas.__name__)
              objek.kerja()

    Output